selamat datang di blog "Coretan Pena Lama" , semoga bermanfaat

Selasa, 26 Maret 2019

PENELITIAN ANALISIS WACANA

ANALISIS WACANA






Jenis dan Pendekatan Penelitian  

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian non kancah atau studi literature dengan metode analisis teks media. Analisis teks media merupakan jenis penelitian yang memanfaatkan teknis analisa dan studi kepustakaan dengan obyek kajian media. Terdapat beberapa jenis model analisis teks media diantaranya analisis wacana (discourse analysis), analisis semiotik (semiotic analysis), dan analisis framing/bingkai (framing analysis).144


 Namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis analisis wacana. Analisis wacana tersebut digunakan sebagai pisau bedah dalam menganalisa pesan dakwah yang terdapat dalam teks berita karya salah satu jurnalis perempuan Republika, Binti Solikha. Sementara itu pendekatan yang dilakukan adalah menggunakan metode triangulasi atau penyaringan data. Triangulasi adalah teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda yaitu wawancara,



Kata wacana atau sering pula disebut diskursus mengandung beberapa pengertian yang kadang-kadang membingungkan, dan mempengaruhi pemahaman kita tentang analisis wacana. Dalam kalimat 'Di Indonesia, konsep masyarakat madanibaru dalam taraf wacana', kata wacana di sini dapat dimaknai sebagai 'pemikiran' yang ingin diperlawankan dengan 'praktek nyata' atau 'aplikasi'. Pengertian yang mirip termaktub dalam kalimat 'Apakah semua hal yang kita rancang sebulan lalu sudah diwacanakan?' Kata 'diwacanakan' dalam kalimat ini dapat dipahami sebagai 'dinyatakan' atau 'disebarluaskan sebagai pemikiran bersama', yang agak melenceng dari pemahaman mengenai analisis wacanayang hendak kita pelajaridalam makalah kecil ini

 Ada banyak pengertian lain mengenai wacana yang secara rinci akan diungkapkan di bawah ini. Pengertian yang mana yang kita gunakan atau pahami akan mempengaruhi cara analisis wacana tersebut diterapkan. Namun demikian sekalipun memiliki pengertian yang berragam, analisis wacana pada umumnya menarget language useatau bahasa yang digunakan sehari-hari, baik yang berupa teks lisan maupun tertulis,sebagai objekkajian atau penelitiannya. Jadi objek kajian atau penelitian analisis wacana adalah unit bahasa di atas kalimat atau ujaran yang memiliki kesatuan dan konteks, bisa berupa naskah pidato, rekaman percakapan yang telah dinaskahkan, percakapan langsung, catatan rapat, debat, ceramah atau dakwah agama dsb. yang tidak artifisial dan memang eksis dalam kehidupan sehari-hari.hal-hal yang tidak tertampak oleh analisis kebahasaan atau analisis gramatika biasa.

 Analisis wacana digunakan secara meluas di berbagai bidang ilmu, terutama ilmu-ilmu sosial kemasyarakatan, dan sering digunakan secara lintas disipliner. Banyak analisis wacana yang tidak lagi bisa dipilah secara jernih dan tegas masuk ke dalam bidang ilmu yang mana. Analisis wacana orde baru dapat sekaligus dikategorikan padakajian bidang-bidang ilmu sejarah, politik, sosial, budaya dan bahkan psikologi sosial, hal yang sama terjadi pada analisis wacana gender, gender dalam media massa dsb.

 Beberapa Pendekatan dalam Analisis Wacana 

Sesungguhnya ada banyak pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan analisis wacana. Slembrouck membukukan sekitar 8 pendekatan analisis wacana termasuk di antaranyafilsafat analitis, linguistik, post-strukturalis, semiotik, cultural studies, teori-teori sosial. Karena keterbatasan, dalam makalah ini akan dibentangkan 3 analisis wacana menurut pendekatan atau episteme empirime positivistik, fenomenologi dan post-strukturalisme, khususnya teori wacana Foucault. Pendekatanepistemologi empirisme positivis memelahirkan pengertian bahwa bahasa adalah mediumkomunikasi belaka.

 Bahasa dalam episteme ini dimaknai secara polos. Bahasa dipandang semata sebagai alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan, untuk mengekspresikan rasa cinta dan seni, untuk melakukan persuasi-persuasi, serta wahana untuk menyampaikan dan melestarikan kearifan-kearifan serta nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh suatu komunitas.Sejauh mampu menggunakan pernyatan-pernyataan yang akurat, menurut kaidah sintaksis, semantik, logis dan menggunakan data-data empirissebagai pendukung, pengguna bahasa dalam pandangan ini dianggap memiliki kemampuan mental kognitif yang bebas dari distorsi-distorsi (Hikam dalam Latif, 1996:78-79). Dalam pandangan episteme ini pola dan hubungan makna dalam menganalisis suatu pidato,misalnya, referensi mengenai seluk-beluk pembicara tidak begitu diperlukan. Pengkaji hanya perlu mengkonsentrasikan kajiannya pada naskah atau teks pidato yang dimaksud, dan melihat makna pidato berdasarkan pada kaidah-kaidah semantik/sintaksis teks tersebut.

Pustaka 

Adian, Donny Gahral.2002. "Menabur Kuasa Menuai Wacana". Jakarta:Basis 01-02 Januari-Februari 2002 

Barker, Chris. 2000. Cultural Studies:Theory and Practice. London: Sage Publication

 Brown, Gillian. 1996. Analisis Wacana. Jakarta: Gramedia Pustaka UtamaIrena, Makaryk (Ed). 1995. Encyclopedia of Contemporary Literary Theory.Toronto: University of Toronto Press 

Latif, Yudi dkk. 1996. Bahasa dan Kekuasaan. Bandung: Mizan
 Lubis, Akhyar.2004.Masih Adakah Tempat Berpijak Bagi Ilmuwan. Bogor: Akademia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar